Nikah Itu Tentang Kesiapan Mental dan Ilmu

Oleh: Sururum Marfuah Hash

"Jika ingin anak yang pintar, maka cari istri yang pintar", kata-kata ini tak keluar sekali dari dosenku.

Perkataan beliau memang baik, namun tak sepenuhnya benar. Pembentukan karakter seorang anak tidak hanya membutuhkan peran ibu, namun juga ayah. Bagaimana anak menghargai wanita akan tergantung bagaimana ayahnya mengajarkannya dalam menghargai istri dan ibunya.

Dan peran ayah sejatinya lebih fatal dibandingkan seorang ibu. Ketika seorang ayah tak mampu membimbing istrinya, tahu apa yang akan terjadi? maka salah pulalah cara sang ibu dalam mendidik anak.

Mari kita berpikir, Mungkinkah akan lahir seorang pemimpin dari anak yang ayahnya takut dengan istri? tidak memiliki jiwa pemimpin didepan istri?, jawabannya "mungkin" (tapi kemungkinan ini sangat kecil).

Mungkinkah seorang anak yang berjiwa kasih sayang dari anak yang ayahnya suka memukul dan selalu berkata kasar?, jawabannya "mungkin" (tapi itu jika anaknya tertunjuki hidayah islam, apabila tidak bayangkan akan sekeras apa anak yang lahir?)

Tulisan ini bukan soal baper-baperan, melainkan untuk kita berkaca, agar tidak meremehkan kata "nikah", apalagi sampai mengatakan "nikah muda itu enak" (padahal belum siap apa-apa). Nikah bukan soal siap materi tapi soal siap mental dan ilmu. Siap menjadi istri dan ibu serta siap menjadi suami dan ayah.

Karena amanah pernikahan dalam Islam, bukan untuk membentuk keluarga milyarder yang hartanya gak habis tujuh turunan, melainkan membentuk keluarga yang mampu memperbaiki peradaban, terutama peradaban yang rusak hari ini, tentunya generasi yang memiliki Kepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami.

Komentar

Postingan Populer